Ilyas Rachman Ryandhani, Atlet Bulu Tangkis Tuna Rungu Tembus Pentas Dunia
Namanya Ilyas Rachman Ryandhani. Remaja kelahiran Karawang, 14 Mei 2001 ini adalah atlet bulu bangkis tuna rungu mewakili Jawa Timur. Prestasinya tidak main-main. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga SMK, lebih dari 80 penghargaan telah diraihnya.
Terakhir,putra kedua pasangan Heryawan dan Andriany Trilestari ini menyandang tiga gelar pada ajang World Deaf Youth Badminton Championship Taiwan 2019. Ilyas menjadi yang terbaik di nomor tunggal putra, ganda putra, serta ganda campuran.
Bukan hal mudah meraih prestasi bergengsi di tingkat dunia dengan kondisi yang dialami Ilyas. Namun remaja cerdas ini telah membuktikan mampu menjadi yang terbaik. Hingga kini, sudah 14 tahun Ilyas menekuni cabang olah raga tepok bulu ini.
“Awalnya Ilyas saja ajak mengantar kakaknya saat latihan bulu tangkis. Pelatih anak saya melihat, sepertinya Ilyas berminat ikut latihan. Akhirnya saya coba ikutkan latihan saat usianya5,5 tahun. Saya niatkan untuk belajar bersosialisasi dan mengurangi kegiatan outdoor yang terkadang membuat Ilyas mimisan,” ungkap Andriani Trilestari, ibunda Ilyas kepada Terakota.com.
Ketika mengetahui bakatnya, orangtua Ilyas mendukung sepenuhnya. Keterbatasan pendengaran tidak menghambat kemauan Ilyas untuk berlatih. Ilyas tercatat sebagai atlet di Taufiq Hidayat Arena (THA) sejak 2018. Selama menimba ilmu, permainannya mengalami banyak kemajuan hingga memenangi sejumlah kejuaraan.
Saat ini Ilyas tengah mempersiapkan diri mengikuti Peparnas di Papua mewakili Jawa Timur dan Kejuaraan Deaflimpic di Brasil mewakili Indonesia. Namun apa yang telah diraih Ilyas saat ini tidak didapat dengan mudah. Perjuangan berat harus dilaluinya untuk bisa menembus level dunia.
Banyak sosok penting di belakang sukses yang didapat Ilyas saat ini. Yang paling utama adalah dukungan kedua orang tuanya. Selain ibu, sosok sang ayah, Heryawan tidak kalah penting. Bagi Ilyas ayahnya adalah orang yang selalu berada disampingnya saat dibutuhkan.
Mengantar Ilyas berlatih, menyiapkan raket dan peralatan lain sebelum latihan atau mengganti senar raket yang putus menjadi tugas Heryawan untuk mendukung sang buah hati. Andriani dan Heryawan bahu membahu mendampingi putranya, hingga berhasil mencapai prestasi tertinggi.

Andriani membagikan tips untuk mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus. Pertama kenali dahulu kebutuhan mereka, baik kelebihan atau kekurangannya. “Misalnya, anak tuli peka sekali di mata. Maka kita sebaiknya mencarikan kegiatan yang fokus menggunakan matanya,” kata Andriani.
Kedua, jangan malu untuk mengikuti kegiatan anak-anak dengan kebutuhan khusus di tengah-tengah anak umum. Karena hal itu membantu proses sosialisasi. “Anak-anak punya talentanya sendiri-sendiri. Entah muncul dengan sendirinya atau muncul setelah diasah. Untuk itu, jangan pernah menyembunyikan anak-anak berkebutuhan khusus,” papar Andriani.
Andriani menambahkan, selama ini ia tidak pernah memaksa Ilyas untuk menjadi juara. Ia hanya menyatakan, “Berikan yang terbaik dari apa yang kamu lakukan.” Karena, tambah Andriani, mood anak dengan pendengaran tuli mudah sekali turun.
Bagi Andriani Ilyas adalah titipan Ilahi. Karena itulah, dirinya bukan sekadar merawat, membesarkan dan mendidik, namun juga berusaha membentuk karakternya agar mandiri, bertanggungjawab, dan membangun mentalnya.
Suka duka membesarkan Ilyas kini hanya menjadi catatan berharga bagi Andriani. Putra kesayanannya telah tumbuh menjadi pribadi yang matang dan kadang tidak perlu ditemani saat latihan atau bertanding. Namun yang tidak pernah lepas adalah doa Andriani untuk Ilyas yang tidak saja membuat bangga keluarga tetapi juga Indonesia. Bravo Ilyas. Teruslah berprestasi untuk Indonesia.










