bacalah.id – Penguatan perekonomian, stabilitas keuangan, serta perbaikan iklim dan kesempatan investasi di Indonesia tak perlu diragukan. Hal ini terepresentasikan dari investasi langsung maupun investasi portofolio dalam dan luar negeri terus meningkat.
Tingginya optimisme terhadap prospek perekonomian nasional setidaknya tercermin dari perkembangan pasar modal yang mencatatkan penambahan 71 emiten tahun 2022 lalu, tertinggi sepanjang sejarah.
“Sementara itu kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh 11,4% dan 14,2%, lebih tinggi dari rerata 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8,9% dan 4,4%,” kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023 di Jakarta, 6 Februari 2023.
Menurut Mahendra, pptimisme tersebut juga terus berlanjut tercermin dengan besarnya investasi nonresiden pada Surat Berharga Nasional (SBN) di Januari 2023 yang mencatatkan pembelian netto sebesar Rp 49,7 triliun.
Di sisi lain premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh sebesar 13,9% mencapai Rp119 triliun. Namun, premi asuransi jiwa tahun lalu mengalami kontraksi 7,8%. Kondisi ini menurutnya menunjukkan bahwa penyelesaian masalah-masalah sejumlah perusahaan asuransi jiwa dalam waktu dekat adalah hal mutlak.
Berikutnya ia memprediksi ruang pertumbuhan lembaga jasa keuangan (LJK) ke depan masih akan terbuka lebar, mengingat terjaganya profil risiko yang didukung kecukupan likuiditas dan permodalan, tercermin dari rasio NPL (non performing loans/utang bermasalah) gross perbankan di angka 2,4% dan rasio NPF (non performing financing/pembiayaan bermasalah) perusahaan pembiayaan yang ada di kisaran lunak 2,3%.
Sementara sepanjang tahun 2022, kredit restrukturisasi Covid-19 perbankan turun signifikan menjadi sebesar Rp469 triliun dari puncaknya sebesar Rp830 triliun pada Oktober 2020, didukung dengan meningkatnya coverage pencadangan 24,3% dari total kredit restrukturisasi.
“Sehingga dapat diartikan kita siap mengakhiri masa restrukturisasi pada akhir Maret 2023, kecuali untuk beberapa sektor padat karya yang akan diperpanjang hingga Maret 2024. Hal itu sejalan dengan rencana Pemerintah memperoleh saran WHO terkait penurunan status pandemi Covid-19,” ujarnya.
Dipaparkan Mahendra, likuiditas industri perbankan pada 2022 dalam level yang memadai, alat likuid (AL) terhadap non core deposit (NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 137,7% dan 31,2%, jauh di atas ambang batas sebesar 50% dan 10%.
Tingginya permodalan lembaga jasa keuangan juga memberikan bantalan menyerap risiko dan menunjang kebutuhan penyaluran pembiayaan. CAR perbankan 25,6%, sedangkan RBC industri asuransi umum dan asuransi jiwa 327% dan 484,2%. Adapun Gearing ratio perusahaan pembiayaan sebesar 2,1 kali.
“Untuk tahun 2023, kami optimis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut. Kredit perbankan diproyeksikan tumbuh sebesar 10% sampai 12%, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 7% sampai 9%,” ujarnya memproyeksikan.
Di pasar modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp200 triliun. Sedangkan Di IKNB, piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13% sampai 15%. Aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5% sampai 7% ditengah program reformasi yang dilakukan OJK. Aset Dana Pensiun diperkirakan juga tumbuh 5% sampai 7%.***